ya Allah ya kariim..., luluhkan hati hamba untuk memaafkannya...
engkau maha lembut ya Allah, maha melembutkan...
Sabtu, 31 Oktober 2009
Minggu, 27 September 2009
Al-Hafidz...
akhir kholaqohku hari ini, aku masih terduduk untuk sedikit mendapat wejangan-wejangan manis dari guru ngajiku...
sepucuk kata terlantun darinya, "maukah engkau berta'aruf dengan seorang ikhwan?".
dugh...
bunyi gemerincing dari lubuk hati yang paling dalam...
ya Allah...baru kemarin aku dengan lamunanku mendapatkan seorang "alhafidz"...
kini ia berada di hadapanku...
aku malu pada 30 juz yang ia miliki.... (?_?)
sepucuk kata terlantun darinya, "maukah engkau berta'aruf dengan seorang ikhwan?".
dugh...
bunyi gemerincing dari lubuk hati yang paling dalam...
ya Allah...baru kemarin aku dengan lamunanku mendapatkan seorang "alhafidz"...
kini ia berada di hadapanku...
aku malu pada 30 juz yang ia miliki.... (?_?)
Jumat, 31 Juli 2009
Sya’ban: Jembatan Meraih Keutamaan Ramadhan
[Al-Islam 466] Baru saja kaum Muslim meninggalkan bulan Rajab, salah satu bulan yang Allah muliakan. Pekan ini, kita pun sudah berada pada bulan Sya’ban, yang juga merupakan salah satu bulan istimewa. Beberapa hari ke depan, tidak sampai sebulan lagi, kita pun insya Allah akan memasuki bulan mulia yang lain, yakni bulan suci Ramadhan.
Bulan-bulan ini memiliki keistimewaan dan keutamaan masing-masing. Pertama: terkait bulan Rajab. Bulan Rajab terletak antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban. Bulan Rajab termasuk salah satu di antara empat bulan yang disucikan (bulan haram) (QS at-Taubah [9]: 36). Sebagaimana penjelasan Rasulullah saw., keempat bulan suci itu adalah: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab (HR al-Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).
Selain itu, pada bulan ini, paling tidak, umat diingatkan dengan salah satu peristiwa besar, yakni Peristiwa Isra’ Mikraj Baginda Nabi Muhammad saw., tepatnya tanggal 27 Rajab. Peristiwa ini bahkan diabadikan di dalam al-Quran. Allah SWT berfirman:
Mahasuci Allah Yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui (QS al-Isra’ [17]: 1).
Para ulama bersepakat, bahwa pada Peristiwa Isra’ Mikraj inilah Baginda Nabi Muhammad saw. menerima perintah langsung dari Allah SWT berupa kewajiban shalat lima waktu. Shalat lima waktu adalah salah satu kewajiban utama dan istimewa, yang karenanya berusaha untuk selalu dijaga dan dipelihara setiap Muslim. Karena itu, begitu pentingnya peristiwa Isra’ Mikraj ini, kaum Muslim, khususnya di negeri ini, setiap tanggal 27 Rajab memperingatinya.
Namun, satu hal yang dilupakan oleh kebanyakan kaum Muslim, pada bulan Rajab pula, tepatnya 28 Rajab tahun 1342 H, 88 tahun lalu, Khilafah Islam yang terakhir, yakni Kehilafahan Turki Utsmani—sebagai institusi penegak syariah, pemersatu umat di seluruh dunia sekaligus pengemban risalah Islam melalui dakwah dan jihad—diruntuhkan oleh bangsa-bangsa kafir, khususnya Inggris, melalui tangan anteknya, Mustafa Kamal Atturk. Sejak itulah, penderitaan, keterpurukan, perpecahan dan berbagai malapetakan menimpa umat Islam. Semua ini tidak lain karena umat telah kehilangan institusi pelayan, pengayom, pelindung sekaligus pemersatu. Benarlah sabda Nabi saw.:
إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
Imam (Khalifah) adalah perisai; orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya (HR Muslim).
Jika sebagian Muslim begitu sungguh-sungguh menjaga dan memelihara shalatnya, pada saat yang sama, mereka tidak jarang justru mengabaikan kewajiban-kewajiban lain di luar shalat. Menegakkan Khilafah adalah salah satunya. Padahal kewajiban menegakkan Khilafah ini merupakan salah satu kewajiban terbesar kaum Muslim. Sebab, tanpa Khilafah, sebagaimana saat ini, sebagian besar hukum-hukum Allah SWT—dalam bidang ekonomi, politik, pemerintahan, pendidikan, hukum, sosial dll—dicampakkan.
Karena itu, kaum Muslim, khususnya di negeri ini, seyogyanya menyambut seruan ribuan ulama yang hadir pada acara Muktamar Ulama Nasional beberapa waktu lalu di Jakarta, tepatnya pada tanggal 21 Juli 2009/28 Rajab 1430 H, yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia. Seruan tersebut intinya mengajak seluruh komponen umat Islam, khususnya para ulamanya, untuk sungguh-sungguh berjuang secara bersama-sama mewujudkan kembali Khilafah ini, demi tegaknya syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan kaum Muslim. Dengan Khilafah, umat ini bukan hanya bisa menjaga dan memelihara shalat-shalat mereka, tetapi juga hukum-hukum Allah SWT yang lain.
Kedua: terkait dengan bulan
Sya’ban. Dinamakan sya’ban, karena berasal dari kata syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan; karena orang-orang Arab pada bulan-bulan tersebut yatasya’abûn (berpencar) untuk mencari sumber mata air; karena mereka tasyâ’ub (berpisah-pisah di gua-gua). Dikatakan juga karena bulan ini muncul (sya’aba) di antara dua bulan: Rajab dan Ramadhan.
Menurut pendapat lain, dinamakan sya’ban karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khayrun katsir). Pada bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperoleh perhatian kaum Muslim. Di antaranya:
1. Perubahan arah kiblat.
Pada bulan Sya’ban, arah kiblat berpindah dari Baitul Maqdis di Palestina ke Ka’bah di Makkah al-Mukarramah. Allah SWT berfirman:
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit. Karena itu, sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjid al-Haram. Di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya (QS al-Baqarah [2]: 144).
Dijelaskan dalam banyak kitab tafsir, saat ayat tentang perubahan kiblat turun, Rasulullah saw. dan kaum Muslim di belakang beliau sedang menunaikan shalat. Saat itu juga, tanpa menunda-nunda lagi, Rasulullah saw., yang kemudian serentak diikuti kaum Muslim, langsung mengubah arah shalatnya; dari Baitul Maqdis ke Masjid al-Haram.
Peristiwa ini sesungguhnya mengandung satu ibrah (pelajaran) yang amat penting, yakni betapa kaum Muslim dulu, tanpa banyak bertanya, apalagi membantah, secara sepontan menaati perintah Allah SWT dan mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah saw. Mereka tidak seperti sebagian Muslim saat ini, khususnya para penguasa dan elit politiknya, yang sampai hari ini bukan hanya enggan untuk menerapkan hukum-hukum Allah, bahkan sebagian mereka menentangnya dan menganggapnya sebagai hal berbahaya.
2. Diangkatnya amal manusia.
Pada bulan Sya’ban amal-amal manusia diangkat ke langit. Dalam hal ini, Usamah bin Zaid ra. berkata, “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu pada bulan Sya’ban.” Beliau bersabda, “Itulah bulan yang manusia lalai darinya; bulan antara Rajab dan Ramadhan. Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Rabbul ‘alamin. Saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR an-Nasa’i).
3. Keutamaan puasa pada bulan Sya’ban.
Aisyah ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
وَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطْ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامً فِي شَعْبَانَ
Rasulullah saw. tidak pernah berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Aku tidak pernah melihat satu bulan yang paling banyak beliau berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban (HR Muslim).
Menurut Ibn Rajab, sesungguhnya Rasulullah saw. mengkhususkan bulan Sya’ban dengan puasa iadalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan shalat sunnah rawatib sebelum shalat wajib.
4. Turunnya ayat tentang shalawat kepada Nabi saw.
Pada bulan Sya’ban, Allah SWT menurunkan ayat tentang anjuran membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw., yaitu ayat:
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Karena itu, hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS al-Ahzab [33]: 56).
5. Sya’ban Bulan al-Quran.
Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan al-Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang, membaca al-Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan tempat. Namun, ada saat-saat tertentu pembacaan al-Quran itu lebih dianjurkan, seperti pada bulan Sya’ban dan Ramadhan; atau seperti di tempat-tempat khusus semisal Makkah, Raudhah dan lain-lain. Syaikh Ibn Rajab al-Hanbali menuturkan riwayat dari Anas ra., “Saat memasuki bulan Sya’ban, kaum Muslim biasa menekuni pembacaan ayat-ayat al-Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.”
6. Malam Nishfu Sya’ban.
Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah, yaitu malam Nishfu Sya’ban. Pada malam ini Allah SWT mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rezeki dan amal manusia.
Banyak hadis yang menerangkan keistimewaan malam Nishfu Sya’ban ini, sekalipun di antaranya ada yang dha’if (lemah).
Namun demikian, Al-Hafizh Ibn Hibban telah menyatakan kesahihan sebagian hadis-hadis tersebut, di antaranya, bahwa Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, “Allah melihat kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR ath-Thabrani dan Ibnu Hibban).
Rasulullah saw. juga bersabda, “Jika tiba malam Nishfu Sya’ban, shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya, karena sesungguhnya Allah SWT menurunkan rahmatnya pada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Dia berfirman: Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni? Adakah orang meminta rezeki, maka akan Aku beri rezeki? Adakah orang yang tertimpa musibah, maka akan Aku selamatkan? Adakah begini atau begitu? Sampai terbitlah fajar.” (HR Ibnu Majah).
Malam Nishfu Sya’ban atau bahkan seluruh bulan Sya’ban adalah saat yang tepat bagi seorang Muslim untuk sesegera mungkin melakukan kebaikan. Malam itu adalah saat yang utama dan penuh berkah. Karena itu, selayaknya seorang Muslim memperbanyak ragam amal kebaikan. Apalagi bulan ini adalah ‘pintu masuk’ menuju bulan suci Ramadhan. Sudah selayaknya setiap Muslim mempersiapkan diri pada bulan ini, dengan memperbanyak amal ibadah dan ketaatan. Tidak lain dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan untuk meraih keutamaannya yang jauh lebih besar. Sebab, di dalam bulan Ramadhan ada Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan (QS al-Qadr [97]: 2).
Akhirul kalam, semoga Allah SWT memberkati kita di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan semoga Dia memberikan kesempatakn kepada kita untuk bisa berjumpa dengan ‘tamu agung’, bulan suci Ramadhan yang akan datang, dan kita bisa mengisinya dengan amal-amal kebajikan dan ketaatan kepada-Nya. Mudah-mudahan bulan Sya’ban ini menjadi ‘jembatan’ bagi kita untuk dapat meraih keutamaan bulan Ramadhan yang akan datang. Amin. []
Bulan-bulan ini memiliki keistimewaan dan keutamaan masing-masing. Pertama: terkait bulan Rajab. Bulan Rajab terletak antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban. Bulan Rajab termasuk salah satu di antara empat bulan yang disucikan (bulan haram) (QS at-Taubah [9]: 36). Sebagaimana penjelasan Rasulullah saw., keempat bulan suci itu adalah: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab (HR al-Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).
Selain itu, pada bulan ini, paling tidak, umat diingatkan dengan salah satu peristiwa besar, yakni Peristiwa Isra’ Mikraj Baginda Nabi Muhammad saw., tepatnya tanggal 27 Rajab. Peristiwa ini bahkan diabadikan di dalam al-Quran. Allah SWT berfirman:
Mahasuci Allah Yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui (QS al-Isra’ [17]: 1).
Para ulama bersepakat, bahwa pada Peristiwa Isra’ Mikraj inilah Baginda Nabi Muhammad saw. menerima perintah langsung dari Allah SWT berupa kewajiban shalat lima waktu. Shalat lima waktu adalah salah satu kewajiban utama dan istimewa, yang karenanya berusaha untuk selalu dijaga dan dipelihara setiap Muslim. Karena itu, begitu pentingnya peristiwa Isra’ Mikraj ini, kaum Muslim, khususnya di negeri ini, setiap tanggal 27 Rajab memperingatinya.
Namun, satu hal yang dilupakan oleh kebanyakan kaum Muslim, pada bulan Rajab pula, tepatnya 28 Rajab tahun 1342 H, 88 tahun lalu, Khilafah Islam yang terakhir, yakni Kehilafahan Turki Utsmani—sebagai institusi penegak syariah, pemersatu umat di seluruh dunia sekaligus pengemban risalah Islam melalui dakwah dan jihad—diruntuhkan oleh bangsa-bangsa kafir, khususnya Inggris, melalui tangan anteknya, Mustafa Kamal Atturk. Sejak itulah, penderitaan, keterpurukan, perpecahan dan berbagai malapetakan menimpa umat Islam. Semua ini tidak lain karena umat telah kehilangan institusi pelayan, pengayom, pelindung sekaligus pemersatu. Benarlah sabda Nabi saw.:
إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
Imam (Khalifah) adalah perisai; orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya (HR Muslim).
Jika sebagian Muslim begitu sungguh-sungguh menjaga dan memelihara shalatnya, pada saat yang sama, mereka tidak jarang justru mengabaikan kewajiban-kewajiban lain di luar shalat. Menegakkan Khilafah adalah salah satunya. Padahal kewajiban menegakkan Khilafah ini merupakan salah satu kewajiban terbesar kaum Muslim. Sebab, tanpa Khilafah, sebagaimana saat ini, sebagian besar hukum-hukum Allah SWT—dalam bidang ekonomi, politik, pemerintahan, pendidikan, hukum, sosial dll—dicampakkan.
Karena itu, kaum Muslim, khususnya di negeri ini, seyogyanya menyambut seruan ribuan ulama yang hadir pada acara Muktamar Ulama Nasional beberapa waktu lalu di Jakarta, tepatnya pada tanggal 21 Juli 2009/28 Rajab 1430 H, yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia. Seruan tersebut intinya mengajak seluruh komponen umat Islam, khususnya para ulamanya, untuk sungguh-sungguh berjuang secara bersama-sama mewujudkan kembali Khilafah ini, demi tegaknya syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan kaum Muslim. Dengan Khilafah, umat ini bukan hanya bisa menjaga dan memelihara shalat-shalat mereka, tetapi juga hukum-hukum Allah SWT yang lain.
Kedua: terkait dengan bulan
Sya’ban. Dinamakan sya’ban, karena berasal dari kata syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan; karena orang-orang Arab pada bulan-bulan tersebut yatasya’abûn (berpencar) untuk mencari sumber mata air; karena mereka tasyâ’ub (berpisah-pisah di gua-gua). Dikatakan juga karena bulan ini muncul (sya’aba) di antara dua bulan: Rajab dan Ramadhan.
Menurut pendapat lain, dinamakan sya’ban karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khayrun katsir). Pada bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperoleh perhatian kaum Muslim. Di antaranya:
1. Perubahan arah kiblat.
Pada bulan Sya’ban, arah kiblat berpindah dari Baitul Maqdis di Palestina ke Ka’bah di Makkah al-Mukarramah. Allah SWT berfirman:
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit. Karena itu, sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjid al-Haram. Di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya (QS al-Baqarah [2]: 144).
Dijelaskan dalam banyak kitab tafsir, saat ayat tentang perubahan kiblat turun, Rasulullah saw. dan kaum Muslim di belakang beliau sedang menunaikan shalat. Saat itu juga, tanpa menunda-nunda lagi, Rasulullah saw., yang kemudian serentak diikuti kaum Muslim, langsung mengubah arah shalatnya; dari Baitul Maqdis ke Masjid al-Haram.
Peristiwa ini sesungguhnya mengandung satu ibrah (pelajaran) yang amat penting, yakni betapa kaum Muslim dulu, tanpa banyak bertanya, apalagi membantah, secara sepontan menaati perintah Allah SWT dan mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah saw. Mereka tidak seperti sebagian Muslim saat ini, khususnya para penguasa dan elit politiknya, yang sampai hari ini bukan hanya enggan untuk menerapkan hukum-hukum Allah, bahkan sebagian mereka menentangnya dan menganggapnya sebagai hal berbahaya.
2. Diangkatnya amal manusia.
Pada bulan Sya’ban amal-amal manusia diangkat ke langit. Dalam hal ini, Usamah bin Zaid ra. berkata, “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu pada bulan Sya’ban.” Beliau bersabda, “Itulah bulan yang manusia lalai darinya; bulan antara Rajab dan Ramadhan. Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Rabbul ‘alamin. Saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR an-Nasa’i).
3. Keutamaan puasa pada bulan Sya’ban.
Aisyah ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
وَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطْ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامً فِي شَعْبَانَ
Rasulullah saw. tidak pernah berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Aku tidak pernah melihat satu bulan yang paling banyak beliau berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban (HR Muslim).
Menurut Ibn Rajab, sesungguhnya Rasulullah saw. mengkhususkan bulan Sya’ban dengan puasa iadalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan shalat sunnah rawatib sebelum shalat wajib.
4. Turunnya ayat tentang shalawat kepada Nabi saw.
Pada bulan Sya’ban, Allah SWT menurunkan ayat tentang anjuran membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw., yaitu ayat:
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Karena itu, hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS al-Ahzab [33]: 56).
5. Sya’ban Bulan al-Quran.
Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan al-Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang, membaca al-Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan tempat. Namun, ada saat-saat tertentu pembacaan al-Quran itu lebih dianjurkan, seperti pada bulan Sya’ban dan Ramadhan; atau seperti di tempat-tempat khusus semisal Makkah, Raudhah dan lain-lain. Syaikh Ibn Rajab al-Hanbali menuturkan riwayat dari Anas ra., “Saat memasuki bulan Sya’ban, kaum Muslim biasa menekuni pembacaan ayat-ayat al-Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.”
6. Malam Nishfu Sya’ban.
Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah, yaitu malam Nishfu Sya’ban. Pada malam ini Allah SWT mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rezeki dan amal manusia.
Banyak hadis yang menerangkan keistimewaan malam Nishfu Sya’ban ini, sekalipun di antaranya ada yang dha’if (lemah).
Namun demikian, Al-Hafizh Ibn Hibban telah menyatakan kesahihan sebagian hadis-hadis tersebut, di antaranya, bahwa Nabi Muhammad saw. pernah bersabda, “Allah melihat kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR ath-Thabrani dan Ibnu Hibban).
Rasulullah saw. juga bersabda, “Jika tiba malam Nishfu Sya’ban, shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya, karena sesungguhnya Allah SWT menurunkan rahmatnya pada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Dia berfirman: Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni? Adakah orang meminta rezeki, maka akan Aku beri rezeki? Adakah orang yang tertimpa musibah, maka akan Aku selamatkan? Adakah begini atau begitu? Sampai terbitlah fajar.” (HR Ibnu Majah).
Malam Nishfu Sya’ban atau bahkan seluruh bulan Sya’ban adalah saat yang tepat bagi seorang Muslim untuk sesegera mungkin melakukan kebaikan. Malam itu adalah saat yang utama dan penuh berkah. Karena itu, selayaknya seorang Muslim memperbanyak ragam amal kebaikan. Apalagi bulan ini adalah ‘pintu masuk’ menuju bulan suci Ramadhan. Sudah selayaknya setiap Muslim mempersiapkan diri pada bulan ini, dengan memperbanyak amal ibadah dan ketaatan. Tidak lain dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan untuk meraih keutamaannya yang jauh lebih besar. Sebab, di dalam bulan Ramadhan ada Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan (QS al-Qadr [97]: 2).
Akhirul kalam, semoga Allah SWT memberkati kita di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan semoga Dia memberikan kesempatakn kepada kita untuk bisa berjumpa dengan ‘tamu agung’, bulan suci Ramadhan yang akan datang, dan kita bisa mengisinya dengan amal-amal kebajikan dan ketaatan kepada-Nya. Mudah-mudahan bulan Sya’ban ini menjadi ‘jembatan’ bagi kita untuk dapat meraih keutamaan bulan Ramadhan yang akan datang. Amin. []
Sabtu, 11 Juli 2009
Senin, 29 Juni 2009
Benarkah perekonomian global sudah mulai pulih?
Menurut New York Times, perekonomian negara-negara berkembang telah melalui kuartal paling buruk sejak satu dekade lalu. Kondisi yang lebih buruk akan datang. Total produk domestik bruto tiga puluh negara yang tergabung di dalam OECD mengalami penurunan 2,1% pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Produk domestik bruto negara-negara anggota OECD mengalami penurunan 2% pada kuartal terakhir tahun 2008. Menurut Bank Dunia, perekonomian negara-negara anggota OECD mencakup 71% dari total produksi nasional secara global. Perekonomian negara-negara OECD pada kuartal pertama tahun 2008 menurun 4,2%. Dari angka itu, Amerika turut andil 0,9%, Jepang 1%, 13 negara terbesar kawasan Euro sebesar 1,3% dan negara-negara lainnya 1%. Semua itu menunjukkan fakta sebenarnya bahwa kondisi perekonomian global belum pulih dari krisis, bahkan masih akan terus didera krisis. terjadi kenaikan di pasar saham dan pasar barang dan jasa? Jawabannya, kenaikan itu disebabkan hal-hal berikut: Pertama, suntikan dana yang dilakukan pemerintah AS kepada perusahaan asuransi AIG sebesar US$ 173 miliar yang diambil dari uang para pembayar pajak AS. Dari jumlah itu, 90 miliar dibelanjakan untuk membayar utangnya ke perbankan Amerika dan Eropa. Pada tanggal 15 Maret 2009, AIG telah mendistribusikan uang ke sejumlah bank dan institusi: Bank Goldman mendapatkan US$ 12,9 miliar; Bank Merrill Lynch US$ 6,8 miliar; Bank of America US$ 5,2 miliar; Citigroup US$ 2,3 miliar; Bank Wachovia US$ 1,5 miliar; Bank Barclays US$ 8,5 miliar; dan UBS Swiss mendapat US$ 5 miliar. Kondisi-kondisi dan berbagai pernyataan itu menyebabkan naiknya harga-harga saham perbankan Amerika. Harga saham Bank Wells Fargo naik 8,5%, Morgan Stanley naik 0,9%, Bank of America naik 4% dan Citigroup naik 7%. Jelas, apa yang terjadi ini mirip dengan dukungan propaganda opini untuk menaikkan saham tertentu seperti yang dilakukan oleh para spekulan yang sengaja menyebarkan berita tentang kemajuan kondisi ekonomi suatu perusahaan, atau peluang kemajuan perusahaan itu. Lalu berita itu menyebabkan bertambahnya kepercayaan dan menaikkan harga saham perusahaan tersebut. Kemudian setelah tujuan para spekulan itu tercapai, harga saham itu pun turun kembali dan bahkan ambruk. Hal itu seperti yang terjadi pada sebab-sebab munculnya krisis saat ini. Ketiga, pada awal tahun ini The Fed (Bank Sentral AS) dan Bank of England (Bank Sentral Inggris) masing-masing mengumumkan rencana untuk mulai membeli aset-aset beracun milik berbagai bank, surat-surat utang dan aset-aset lembaga keuangan yang ambruk. Pertambahan jumlah uang yang dipompakan ke pasar secara alami pasti menyebabkan inflasi dan naiknya harga-harga barang dan jasa. Sebab, bertambahnya uang yang ditawarkan akan melemahkan daya belinya dan berikutnya terjadi inflasi, yaitu kenaikan harga-harga barang dan jasa. Bank of England mulai menampakkan keterkejutannya atas naiknya angka inflasi yang menyebabkan penderitaan ekonomi; perekonomian Inggris sendiri berada pada titik terendah sejak tahun 1930. Angka inflasi mencapai 2,9% jauh lebih tinggi daripada angka yang diperkirakan sebelumnya, yaitu 2%. Inilah yang bias menjelaskan mengapa harga minyak naik dari US$ 36 perbarel menjadi US$ 58 perbarel. Artinya, kenaikan harga minyak tidak menunjukkan bahwa permintaannya bertambah. Konsumsi energi pada tahun 2009 justru menurun untuk pertama kalinya sejak PD II. Hal itu menunjukkan dengan jelas bahwa perekonomian global masih jauh dari pulih.
Dengan demikian, pembicaraan tentang pulihnya perekonomian Barat adalah terlalu dini. Pemerintah Barat mengadopsi kebijakan menurunkan tingkat suku bunga dan membeli aset-aset beracun hanya untuk menunda ambruknya perekonomian. Bisa jadi pemerintah Barat justru akan menenggelamkan pasar uang ke kubangan inflasi. Ambruknya pasar barang dan munculnya gelembung mata uang yang bisa meletus menyebabkan penderitaan terbesar yang disaksikan oleh dunia saat ini.
Dengan demikian, pembicaraan tentang pulihnya perekonomian Barat adalah terlalu dini. Pemerintah Barat mengadopsi kebijakan menurunkan tingkat suku bunga dan membeli aset-aset beracun hanya untuk menunda ambruknya perekonomian. Bisa jadi pemerintah Barat justru akan menenggelamkan pasar uang ke kubangan inflasi. Ambruknya pasar barang dan munculnya gelembung mata uang yang bisa meletus menyebabkan penderitaan terbesar yang disaksikan oleh dunia saat ini.
Jumat, 12 Juni 2009
apakah ia Zaid bin Haritsah...dalam mimpi anna?

10 Juni lalu, tepat pukul 03:00wib, anna baru merasakan bahwa ada sesuatu yang terjadi...
ketika anna mengirimkan sebuah pesan singkat kepadanya, tuk mengatakan..."selamat jalan...". namun beberapa detik setelah itu ia menyapa...
seketika setelah ia menutupnya, anna merasa sangat kehilangannya,
iya...
anna baru tersadarkan bahwa betapa ia sangat berbeda dari yang pernah ada...
apakah ia adalah Zaid bin Haritsah yang sedang berthowaf dalam mimpi anna?
Minggu, 07 Juni 2009
Berita pertanian
Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, dalam kunjungan kerjanya di AS, pada tanggal 26 Mei 2009 Menteri Pertanian RI, Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS dengan didampingi Duta Besar R.I di AS telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Muda Pertanian Amerika Serikat, Dr. Kathleen Merrigan di Washington DC.
Dalam pertemuan tersebut Menteri Pertanian RI menyampaikan keprihatinan Indonesia terhadap kecenderungan adanya penolakan terhadap Crude Palm Oil (CPO) dari Indonesia di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Hal ini dikaitkan dengan isu lingkungan hidup yang kurang didukung dengan data dan infomasi yang berimbang dan benar. Untuk itu Menteri Pertanian RI mengharapkan agar pemerintah Amerika Serikat dapat lebih memahami bahwa kelapa sawit merupakan komoditas strategis yang memberikan banyak manfaat (multiplier efek), disamping itu pemerintah Indonesia juga sangat peduli terhadap prinsip-prinsip pembangunan perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan dan lestari.
Selain itu juga dibahas mengenai upaya peningkatan kerjasama penelitian, terutama terkait dengan masalah perubahan iklim, misalnya kemampuan penelitian dalam memprediksi dan mendata terjadinya perubahan iklim. Kedua Menteri sependapat tentang pentingnya kerjasama di bidang perubahan iklim tersebut.
Pihak Pemerintah Amerika Serikat juga menaruh perhatian terhadap kekhawatiran Indonesia berkaitan dengan rencana pelarangan aroma (cengkeh) pada rokok kretek. Hal ini akan dicoba untuk disampaikan kepada pihak yang menangani masalah tersebut di Amerika Serikat (Sumber: Biro KLN Deptan).
Update Tanggal : 29-May-2009, 01:06:20
Hasil Pertemuan Menteri Pertanian RI dengan Menteri Muda Pertanian AS
Sumber Berita : Sekretariat Jenderal
Dalam pertemuan tersebut Menteri Pertanian RI menyampaikan keprihatinan Indonesia terhadap kecenderungan adanya penolakan terhadap Crude Palm Oil (CPO) dari Indonesia di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Hal ini dikaitkan dengan isu lingkungan hidup yang kurang didukung dengan data dan infomasi yang berimbang dan benar. Untuk itu Menteri Pertanian RI mengharapkan agar pemerintah Amerika Serikat dapat lebih memahami bahwa kelapa sawit merupakan komoditas strategis yang memberikan banyak manfaat (multiplier efek), disamping itu pemerintah Indonesia juga sangat peduli terhadap prinsip-prinsip pembangunan perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan dan lestari.
Selain itu juga dibahas mengenai upaya peningkatan kerjasama penelitian, terutama terkait dengan masalah perubahan iklim, misalnya kemampuan penelitian dalam memprediksi dan mendata terjadinya perubahan iklim. Kedua Menteri sependapat tentang pentingnya kerjasama di bidang perubahan iklim tersebut.
Pihak Pemerintah Amerika Serikat juga menaruh perhatian terhadap kekhawatiran Indonesia berkaitan dengan rencana pelarangan aroma (cengkeh) pada rokok kretek. Hal ini akan dicoba untuk disampaikan kepada pihak yang menangani masalah tersebut di Amerika Serikat (Sumber: Biro KLN Deptan).
Update Tanggal : 29-May-2009, 01:06:20
Hasil Pertemuan Menteri Pertanian RI dengan Menteri Muda Pertanian AS
Sumber Berita : Sekretariat Jenderal
Narsisku...
Semalaman ku terpaku duduk, memandangi wajah luguku yang tak lagi ku miliki
di awali dari rambit lurus yang terurai, kening yang bening tempatku bersujud,
alis yang membentang bak goresan lantang
kedua mata yang tak henti menatap...
pembauan yang sering tercium oleh nya...hidung...
kedua pipi yang merah merona...
bibir yang memuncah delima merah...
semua indah
SubhanAllah...
aku memiliki keindahan yang tak di miliki orang selainku...
aku dikarunia kenikmatan memiliki wajah teduh terkesan judes...
aku memiliki senyum yang terkadang membuat sekitarnya ikut tersenyum...meskipun hanya sekedar membalas senyum angkuhku...
iya...aku memiliki semua keindahan itu... dibanding para gadis "pemakan pisang dengan 3 kupasan"... :)
iya...
ternyata aku lebih cantik, namun tergantung pembandingnya...
jika dibandingkan dengan Manohara...sudah jelas lebih cantikan dia..
tapi tergantung yang memandang juga..
kalau yang memandang adalah orang yang mencintaiku...so pasti lebih cantikan aku... :)
di awali dari rambit lurus yang terurai, kening yang bening tempatku bersujud,
alis yang membentang bak goresan lantang
kedua mata yang tak henti menatap...
pembauan yang sering tercium oleh nya...hidung...
kedua pipi yang merah merona...
bibir yang memuncah delima merah...
semua indah
SubhanAllah...
aku memiliki keindahan yang tak di miliki orang selainku...
aku dikarunia kenikmatan memiliki wajah teduh terkesan judes...
aku memiliki senyum yang terkadang membuat sekitarnya ikut tersenyum...meskipun hanya sekedar membalas senyum angkuhku...
iya...aku memiliki semua keindahan itu... dibanding para gadis "pemakan pisang dengan 3 kupasan"... :)
iya...
ternyata aku lebih cantik, namun tergantung pembandingnya...
jika dibandingkan dengan Manohara...sudah jelas lebih cantikan dia..
tapi tergantung yang memandang juga..
kalau yang memandang adalah orang yang mencintaiku...so pasti lebih cantikan aku... :)
Jumat, 22 Mei 2009
Langganan:
Postingan (Atom)